Sabtu, 24 April 2010

Kebudayaan dan Islam

Islam adalah agama yang para pengikutnya terdiri dari manusia-manusia yang kompleks, nilai-nilai Islam selalu mampu berakulturasi dengan setiap nilai-nilai budaya pemeluknya, hal ini dapat dipahami karena pada esensinya agama islam merupakan agama rahmatan lil alamin, agama rahmat bagi seluruh alam. Hingga pada akhirnya Islam bisa berpadu dengan segala aspek kehidupan termasuk kebudayaan. Percampuran ini menciptakan hal-hal yang oleh sebagian umat islam dianggap baru atau bid’ah, suatu hal yang menurut pengertian mereka hanya bisa ditafsirkan dengan satu kata yaitu “sesat”.

Disinilah pertemuan antara islam dengan nilai-nilai lokal terkadang mengalami gesekan idiologis, yang banyak menimbulkan kontroversi. Padahal islam bisa tersebar keseluruh penjuru dunia tidak lepas dari faktor akulturasi sosio-kultural. Para pendakwah islam, yang menyebarkan islam di tempat-tempat yang penduduknya sudah mengenal konsep tentang sesuatu yang gaib, menggunakan metode dakwah yang sekiranya dapat diterima oleh mereka yang didakwahi, para wali songo misalnya, mereka adalah contoh nyata penggunaan akulturasi kebudayaan dalam proses penyebaran Islam ditempat yang masyarakatnya sudah mengenal kekuatan diluar diri mereka. Dan tentunya hal yang saat itu dilakukan wali-wali seperti sunan kali jaga dan sunan bonang adalah menarik massa dengan seni dan budaya yang popular pada saat itu. Hingga lahirlah hasil akulturasi islam dengan kebudayaan seperti tahlilan, sekatenan, grebek mulud dsb.

Dalam hal ini kita perlu mencari jalan keluar dari masalah yang terkadang muncul dari dialektika Islam dengan kebudayaan. Menurut Anjar Nugroho, salah satu faktor pemecah permasalahan Islam dengan Kebudayaan adalah dengan menciptakan gagasan pribumisasi Islam, karena pribumisasi Islam itu menjadikan agama dan budaya tidak saling mengalahkan, melainkan berwujud dalam pola nalar keagamaan yang tidak lagi mengambil bentuknya yang otentik dari agama, serta berusaha mempertemukan jembatan yang selama ini memisahkan antara Islam dan budaya. Dengan demikian Islam dan kebudayaan bisa berjalan beriringan, dan justru saling memperkaya khazanah masing-masing.

Islam dan Kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, tetapi satu tujuan yaitu sama-sama membentuk karakter masyarakat, dan mengejawantahkannya dalam bentuk nilai, norma, dan sistem sosial. Keduanya punya peran yang vital dalam memberikan kekuatan hidup bagi masyarakat, Islam tanpa kebudayaan hanya akan berkembang sebagai agama pribadi, dan tidak akan mendapat tempat dalam kolektivisme masyarakat. Terlebih lagi yang terjadi di Indonesia, sebuah negeri dengan entitas budaya yang besar, tentunya jika Islam tidak melakukan proses pribumisasi dan akulturasi, akan sangat sulit diterima oleh masyarakat Indonesia.

Bibliografi
http://pemikiranislam.wordpress.com/2007/08/14/islam-dan-kebudayaan-lokal/